Dikutip dari RumahCom
Pasar perumahan Indonesia selama kuartal II-2014 masih dibayangi tren perlambatan. Riset yang dilakukan Indonesia Property Watch (IPW) menunjukkan, nilai penjualan kuartalan masih membukukan penurunan -0,9%.
Meskipun demikian, berdasarkan nilai unit, secara keseluruhan menunjukkan sedikit kenaikan sebesar 2,4%. Hal ini memperlihatkan pergeseran segmen harga ke harga yang rendah.
“Harga rata-rata segmen atas mulai bergeser ke segmen yang lebih rendah menjadi Rp1,1 miliar dari harga rata-rata pada kuartal sebelumnya sebesar Rp1,5 miliar,” jelas Ali Tranghanda, Direktur Eksekutif IPW.
Di sisi pengembang, banyak pengembang segmen menengah-bawah mulai beralih ke segmen yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan pengembang swasta enggan membangun rumah murah, menyusul kebijakan perumahan yang tidak berpihak.
Rencana penghapusan subsidi Rumah Sederhana Tapak (RST) merupakan salah satu faktor yang membuat pengembang enggan membuat rumah murah disamping nilai profitnya yang juga rendah.
“Penghapusan PPN yang diberlakukan ternyata menjadi tidak sinkron dengan kebijakan penghapusan subsidi yang ada. Hal ini menunjukkan lemahnya koordinasi antar lembaga yang menyebabkan kebijakan yang diambil menjadi kontraproduktif,” papar Ali.
Di tengah menggelembungnya jumlah masyarakat menengah perkotaan, pasar perumahan pun mulai bergeser ke masyarakat menengah. Komposisi penjualan menengah-atas turun dan bergeser ke segmen menengah dengan kisaran harga Rp300 juta sampai Rp800 jutaan.
Penjualan rumah terlihat sempat anjlok di akhir kuartal II/2014, khususnya di segmen bawah. Hal ini disebabkan banyak masyarakat menunda pembelian rumah akibat tahun ajaran baru sekolah dan menjelang Lebaran.
Akan tetapi, hal tersebut tidak terlalu berpengaruh untuk masyarakat segmen menengah sampai atas. Hal yang bersifat khusus untuk segmen ini berkaitan dengan pemilihan presiden yang membuat banyak pihak menahan diri untuk membeli properti menengah atas.
“Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pasar akan mulai bergerak naik di kuartal III-2014, dengan asumsi kondisi politik yang relatif kondusif. Meskipun demikian, tren pertumbuhan yang ada masih dalam koridor tren perlambatan. Yang artinya belum menunjukkan tren percepatan yang signifikan,” pungkas Ali.
Follow @ARTPropertyIndo
Komentar
Posting Komentar