Dikutip dari rumah.com
Pertumbuhan pasar properti di paruh pertama 2014 dinilai meningkat. Hal ini disebabkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang masih baik dan ditunjang calon pemerintahan baru setelah dilangsungkannya Pemilu dan diharapkan akan mendorong pembangunan properti.
Demikian hasil Property Sentiment Survey yang dilakukan Rumah.com—anak Perusahaan Properti OnlineTerdepan di Asia: PropertyGuru Group—selama semester pertama 2014 lalu.
Dari 922 responden, 65% diantaranya merasa cukup puas dengan perkembangan iklim properti di dua kuartal awal tahun 2014. Angka ini meningkat 4% dari kuartal akhir 2013 yang hanya 61%.
Para responden berpendapat, peningkatan terjadi karena prospek kenaikan nilai (capital gain) yang menjadikan properti sebagai menjadi elemen investasi jangka panjang yang menguntungkan. Alasan kedua, properti di Indonesia dianggap sudah terstruktur dan dibangun dengan baik.
Sebanyak 6 dari 10 responden merasa pemerintah bisa membuat regulasi yang menjadikan harga rumah lebih terjangkau. Hal ini dirasakan di berbagai kota besar di Indonesia, terutama di Denpasar, Jakarta, dan Surabaya.
Untuk harga properti, semua tipe properti—baik yang dijual maupun yang disewakan—meningkat dibanding 2013. Sebanyak 50% dari total responden menyatakan bahwa harga properti akan terus meningkat dalam enam bulan ke depan.
Sementara itu, sebanyak 88% responden menyatakan sudah memiliki tempat tinggal sendiri, dimana empat dari lima menyatakan sudah memiliki paling tidak satu properti residensial.
Properti Mancanegara Kurang Diminati
Berinvestasi properti di mancanegara ternyata kurang diminati oleh investor Indonesia. Tercatat hanya 3% responden yang menyatakan memiliki properti di mancanegara.
Berinvestasi properti di mancanegara ternyata kurang diminati oleh investor Indonesia. Tercatat hanya 3% responden yang menyatakan memiliki properti di mancanegara.
Jenis properti yang diminati di mancanegara adalah apartemen dan kondominium (51%). Lokasi properti yang dimiliki responden di mancanegara adalah Singapura (21%), Jepang (20%), Australia (17%), dan Italia (7%).
Dampak Kenaikan NJOP
Kenaikan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) yang ditetapkan pemerintah provinsi DKI Jakarta pada tahun ini, dirasakan memberatkan bagi sebagian besar responden. Sebanyak 54% menganggap kenaikan NJOP mengakibatkan harga properti menjadi terlalu mahal dan tidak terjangkau, dan 25% menganggap persentase kenaikan terlalu tinggi.
Kenaikan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) yang ditetapkan pemerintah provinsi DKI Jakarta pada tahun ini, dirasakan memberatkan bagi sebagian besar responden. Sebanyak 54% menganggap kenaikan NJOP mengakibatkan harga properti menjadi terlalu mahal dan tidak terjangkau, dan 25% menganggap persentase kenaikan terlalu tinggi.
Jessica Effendi, Head of Operations Rumah.com mengatakan, meskipun tahun politik 2014 ini diprediksi akan menjadi tahun yang lambat bagi beberapa sektor industri Indonesia, namun sektor properti tetap dianggap sebagai elemen investasi yang menguntungkan untuk jangka panjang.
“Adanya pemerintahan baru Oktober nanti juga memberikan harapan bagi masyarakat agar regulasi dan pembangunan properti semakin berkembang di Indonesia,” pungkasnya.
Komentar
Posting Komentar